Perikoronitis merupakan kondisi terjadinya inflamasi pada gingiva akibat adanya infeksi pada jaringan lunak di sekitar mahkota gigi yang erupsi sebagian. Perikoronitis disebabkan oleh akumulasi sisa-sisa makanan dibawah operkulum yang mengelilingi gigi yang erupsi sebagian, yang menyediakan tempat untuk berbagai macam flora polimikroba. Daerah yang paling sering terjadi perikoronitis adalah pada molar ketiga rahang bawah yang erupsi sebagian. Salah satu pilihan perawatan pada pericoronitis adalah operkulektomi.
Kasus : Pasien perempuan berusia 20 tahun datang dengan keluhan gusi kanan dan kiri rahang bawah sering bengkak setelah makan-makanan yang keras dan area gusi tersebut sering terselip makanan namun sulit dibersihkan. Pemeriksaan klinis dan radiografis menunjukkan terdapat gigi 38 dan 48 erupsi dengan kelas 1 A vertikal yang masih tertutup oleh sebagian operkulum. Operator memutuskan melakukan tindakan operkulektomi pada gigi 48 dan gigi 38 pada pertemuan selanjutnya.
Tatalaksana Kasus : Tindakan dilakukan dibawah pengaruh anastesi blok mandibula + infiltrasi bagian bukal dengan pehacaine. Insisi dilakukan dengan menggunakan kirkland pada bleeding point yang telah dibuat sebelumnya, setelah dilakukan eksisi operkulum, area operasi dilakukan irigasi dengan larutan saline dan dilakukan kontrol pendarahan dengan aplikasi ZOE.
Pembahasan : Setelah satu minggu dilakukan kontrol pada area bedah tampak ada kemerahan pada gingiva area distal dan lingual serta ulcer pada gingiva area distal, tidak nyeri saat dipalpasi. Setelah satu bulan dilakukan kontrol kedua, penyembuhan luka setelah operkulektomi terlihat baik dan pasien tidak ada keluhan.
Simpulan dan Saran : Tindakan operkulektomi dapat menjadi terapi pilihan pada kasus perikoronitis dengan kondisi IA vertikal, namun tetap mempertimbangkan pencabutan pada gigi antagonis. LAPORAN KASUS PERIODONSIA AUDREY KAK FARAH
Komentar Terbaru